Kamis, 03 November 2011

Tugas mata kuliah Bahasa Indonesia "karangan bentuk paragraf"


Dalam Renung Tak Berujung
Lembayung berarak mengikuti langitnya yang kelam. Awanpun pekat hitam pertanda hujan akan mengamuk di atas pijakannya. Hiruk pikuk kota tak hentinya menantang hujan. Manusianya masih tetap berburu nafsu, entah apa yang diinginkannya, tak akan pernah lekang oleh waktu. Allahu akbar … Allahu akbar, adzan magrib pun berkumandang di seluruh penjuru kota.
***
            Jam enam sore. Entah mengapa susana hari itu kelihatan lengang. Biasanya selalu diisi dengan pertengkaran perempuan tua dengan suaminya karena masalah celana dalam suaminya sering dipake oleh perempuan tua itu, ditambah lagi kucing hitam yang selalu mengeong karena tenggorokannya masih tertusuk tulang ikan yang kemudian sering dipukuli oleh anak kecil dengan kaleng susu tempat ia  menggulungkan benang layangan, hingga bunyinya membuat berisik tetangga. Hari itu bukan hari yang selalu menghiasi kampung pinggir kota.                                                                                      Seorang laki paru baya, tetap terdiam dibalik jendela kayu yang terbuat dari akasia yang mulai rapuh dimakan rayap. Tubuhnya tidak terlalu tinggi, kulitnya kelam karena matahari terus memangganginya. Matanya bersinar kecoklatan, namun ia tidak terlalu memikirkan keindahan matanya itu, seperti orang lain yang slalu mengidentikkan mata coklat dengan bule. Sebenarnya wajahnya tampan, karena tidak terurus, wajah itu makin hari makin kusam, ditambah kagi rambutnya yang sedikit galing nampak kusut semrawut, seperti hatinya yang lagi kisruh. Matanya terpusat pada sebuah benda, entah apa yang sedang ia pikirkan. Dia bak patung yang menginginkan nyawanya kembali.
***
            Krik…krik…krik… suara jangkrik terus memekakan telinga seolah malam mengundangnya berpesta selepas hujan tadi. Dia masih terpaku  melawan angin yang terasa makin dingin merasuki kulit hingga menusuk ke tulang belulangnya.                                   Aaaaaaaaaaaaaaaakkkkkkkkkkkkkkkkhhhhhhhhhhhhh”,                   Rambutnya dijabakinya seakan galau memaksa untuk mengikuti permainannya.  Dia tak hiraukan orang lain yang melihatnya sekalipun itu kelelawar. Mulutnya sedikit menganga, ia masih tetap diam. Malampun merobek lembayung yang malu-malu mengundurkan diri. Entah apa yang membuat ia tergugah dari lamunannya, mungkin bosan telah pergi dari ilusinya. Ia melangkah sambil menutup jendela itu. Ruangan itu gelap. Sebentar ia terdiam. Ah…, lampunya menyala setelah ia meng-on dan off-kannya berulang kali. Ruangan itu menjadi terang. Di sudut kanannya, sebuah ranjang tua bertengger di sana, tempat ia menghilangkan kepenatan dan mencurahkan kegundahan hatinya sampai bantalnya memperlihatkan jejak air mata yang slalu ia linangkan. Di dekatnya, meja multi fungsi tempat ia belajar, berkarya, bahkan mengupil sampai upilnya hampir memenuhi balik taplak meja itu. Ruangan itu semakin sesak dan sesak saja. Dia berbaring dalam renungnya akan hidup yang semakin menjalar diotaknya. Lampu kota pun padam, ada pohon plamboyan yang tumbang menimpa gardu listrik.
***
            Srek…srek…srek…, sandal bakiak perempuan tua mengorek kesunyian rumah itu.                                                                                                                               Ndi, Lundi, sudahkah kamu magrib? Ayo lekas! Waktu magribnya ampir abis “.seru perempuan itu pada anaknya dengan suaranya yang parau.                        Iya … iya”. Jawabnya malas. Anggukan itu hanyalah persetujuan belaka. Dia tak menghiraukannya.
Ya Rabb… dunia ini jungkir balik rasanya, mengapa pengorbanan tak lagi menjadi tameng? Kehidupan hedonis seolah menjadi pigur perubahan peradaban. Menyakitkan!!!”. Desahnya pelan.
Peraduannya adalah tempat ia mengakhiri segala keluh dan kesah. Air matanya berlinang, gurat pipinya lebih jelas kelihatan oleh basahan air mata itu.
Tok… tok… tok…
Lundi!”
ya
Dari tadi mama perhatikan kau masih mengurung di kamar. Ada apa denganmu? Tidak sakitkah kau”. Ujar perempuan tua itu dengan logat bataknya yang lebih didominasi oleh medok jawa.
Ah tidak Ma”. Dihapusnya air mata itu.
Kalau begitu lekaslah solat. Bukankah Allah membenci orang yang menunda-nunda, apalagi melalaikannya.”
Teg! Dia tersentak lalu bangun seketika. Dirabanya  tiap dinding penyekat rumahnya  karena lampu masih padam.
***
Byur… byur… byur… air wudhu mengalir membersihkan tubuhnya. Langkah kakinya membawanya ke ruangan kecil. Ruang yang hanya cukup untuk satu orang berbaring ialah tempat ia menunaikan kewajibannya bergantian dengan ibunya. Dia magrib dengan setengah khusyu, pemikirannya masih bertebaran dalam ilusinya.
Assalamualaikum warahmatullah” ditolehkannya wajahnya ke kanan
Assalamualaikum warahmatullah”dan ke kiri
Dia tak lekas makan selepas magrib seperti biasanya. Dia masih duduk berkainkan sarung yang melekat dipinggangnya. Dia bergumam sendiri sembari memegang tasbih, sepertinya ia sedang berdzikir.
Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami bersalah. Wahai Tuhan kami, janganlah engkau bebankan kepada kami beban yang berat, sebagai mana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami, apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami dan rahmatilah kami. Engkau penolong kami terhadap kaum yang kafir”. Dia berdoa memohon keringan dari beban yang berat sembari mengangkat kedua tangannya.
Hari semakin cepat bergulir. Waktu tak hentinya berdetak memecahkan kesunyian layaknya konser musik yang merajai panggung. Udara semakin dingin. Sesekali gesekan pohon nyiur ikut meramaikan malam itu. Dia beranjak dari tempatnya. Ditengoknya keponakannya yang tertidur dengan lelap. Ia adalah anak kakaknya yang sekarang bekerja di Tanjung Betung bersama suaminya karena suami kakaknya itu seorang pelaut. Sudah empat hari keponakannya itu terserang  penyakit dikakinya. Entah bisul ataukah daging jadi.  
Ma tidakah Ayu nangis siang tadi
Iya, dia rewel,  kakinya masih sakit, malah semakin besar saja bengkaknya
Sudah dibawa ke dokter?”
Besok siang Ma akan ke mantri Adi,”
Sesekali diliatnya yang membengkak dikaki keponakannya itu, terkadang pula dielusnya.
Ndi, sudahkah kamu makan? Segeralah! Walaupun hanya sepotong tempe  dan sambal terasi tapi itu rizki yang Allah berikan buat Kita
Gak lapar Ma
Ya sudahlah. Tapi kalau kau lapar ambil nasinya di lemari makan
            Dia beranjak dari tempatnya. Menengok keluar karena suara anjing terus menggonggong di dekat rumahnya. Suara anjing itu semakin membuat orang-orang tertidur, mungkin itu adalah nyanyian nina bobo yang mengantar mereka tertidur, tapi bagi dia itu sebuah pergulatan antara otak, hati dan telinganya yang tak singkron bagi dirinya. Dia terus mondar-mandir bagai strikaan yang hampir menggosongkan baju yang menjadi alasnya beraksi. Wuh…
Aaakkkkhhh”, desahnya agak keras disertai pukulan tangan kearah kepalanya sendiri. 
Ada apa dengan kau! ceritalah pada mama, mama tau kau punya masalah, Ayo ceritakanlah!!!
“Ah tidak ma mungkin sedikit cape aja tadi sehabis sekolah
Jangan berbohonglah, mama bisa membedakan antara orang yang cape ama orang yang lagi dirundung masalah
Dengan ragu-ragu dan suara yang tersendat-sendat dia menceritakan kepada ibunya apa yang membuat ia terus bergundah gulana.
Ma, mengapa hidup ini kian hari kian pelik saja.”
Memangnya mengapa, sampe kau berkata demikian
Ingin rasanya kembali ke masa dahulu. Bermain kuda-kudaan dari pelepah pisang yang dibuatkan bapak dan dimainkan bareng kawan-kawan. Andai saja mesin waktu itu ada. Akh….”
Mama ndak ngerti apa yang kau bicarakan
Ma, kini aku telah dewasa, beban berat kini mulai kurasakan, nonjok dihati rasanya. Aku tak tahu kedepannya aku bakal jadi apa, apa jadi petani desa seperti bapak dahulu atau menjadi insinyur seperti  yang mama harapkan, biar aku bisa seperti orang kebanyakan, Duh… Bapak telah tiada, dari mana aku bisa melanjutkan ke perguruan tinggi, sedangkan Mba Anti bersusah pula disana, kiriman Mba Anti hanya cukup buat kita makan ama beli susu buat Ayu. Ma, kasian ya Ayu, umur tiga taun udah dikasih cobaan seperti itu, Kita aja pasti merengek-rengek minta kesembuhan
Tak terasa air mata menetes dari keduanya. Mereka tertegun disertai isak tangis. Malah Ibunya teringat pada suaminya yang telah tiada. Ibunya mengelus rambut dia yang dari tadi terus bercerita.
Ma, apa aku bisa seperti kebanyakan orang sukses dan punya rumah mewah dengan kolam renang yang indah. Duh Rabb… kapan hambamu ini bisa mengganti rumah tua ini yang jendelanya saja udah rapuh dimakan rayap, ditambah lagi barang-barang yang semakin sesak memenuhi isi rumah. Ma, adakah orang yang akan menolongku kelak. Tak sanggup lagi rasanya jalani hidup
Jangan berkatalah seperti itu, Allah akan merubah suatu kaum jika kaum itu merubah nasibnya. Ya… dengan usaha, ikhtiar dan berdoa kepada sang Pencipta
Tapi ma, mengapa orang-orang kini  acuh saja, pengorbanan tak lagi menjadi tameng, hanya sebuah patamorgana. Tadi saja selepas sekolah ada kakek tua yang terserempet mobil sedan. Eh… orang yang nyerempet itu malah kabur begitu saja ”
Lantas mengapa kau tak menolongnya
“Aku sedang ada di bis ma, ingin rasanya ku tolong. Tapi aku tak punya uang lagi tuk pulang. Semasa di bis ada  seorang ibu sebaya mama sebis denganku, beliau bawa barang banyak sekali ditambah lagi tiga orang anak, yang satu digendong, yang duanya dituntun. Keliatan repot ibu itu. Kupersilakan saja beliau duduk walau aku berada dekat jendela, ditambah lagi sesaknya bis itu. Aku tak ngerti dengan hidup zaman sekarang. Kenapa orang tuh susah buat nolong orang laen. Ingin enak sendiri saja mereka, tak hiraukan kiri-kanan
Dia bangkit dari tempat duduknya. Merasa kesal dengan kehidupan dunia yang hanya berdebat dengan nasfu, antara puas atau kecewa menyikapinya. Mereka terdiam sejenak. Ruangan itu semakin gelap saja. Malam enggankan bulan tuk bergantung padanya. Dia berusaha memejamkan matanya walau matanya tak mengantuk, antara cape dan galau masih menyelimutinya. Tidur tapi mata tak mau di ajak kompromi. Dipejamkan saja matanya olehnya sambil bola matanya ditarik ke atas biar cepat mengantuk. Perempuan tua itu pergi kebelakang, mengambil korek api dan menyalakan lampu minyak. Disinarinya rumahnya itu yang hanya sepetak warisan dari suaminya, biar siluet ruangan itu terlihat jelas.
Glomppppppraaaaaannngggggg…………
Permpuan tua itu tak sengaja menyentuh asbak yang berada di bibir meja.
Ne, auh, nyeri ”. cucunya meraung-raung menahan sakit.
Seketika perempuan tua itu berlari ke kamar dimana keponakannya tertidur.
Ne, auh, nyeri” berulang kali.
Uuuh, sayang…sayang. Tahan ya. Besok kita obati sakitmu ”. ditiupnya kaki anak itu oleh perempuan tua itu.
Ga mau ditiup. Auh. Mo di elus-elus aja kakinya ama bang Lundi ”, rengeknya lebih keras dari yang tadi.
Dijambakinya dan ditendang-tendang pula tubuh perempuan tua itu.
Ndi, Lundi sudahkah kau tidur?Cepatlah kemari Ayu minta diusap kakinya oleh kau
Dia pun berlari tak hiraukan apa yang ada dihadapnya. Keponakannya lebih penting darinya. Apa pun ia lakukan demi keponakannya itu. Ia rela. Itung-itung balas budi dia ke kakaknya itu.
Aduh… sayang sini abang usapin kakimu. Bersabarlah…
“Ayu tak mau dielus lagi… aduh auh…
Ditendangnya ia oleh kaki satunya. Perempuan tua itu kemudian menggendongnya hanya sekedar untuk menenangkan anak kecil itu. Ditimang, dielus-elus, dikipas-kipas, namun anak kecil itu tetap merengek kesakitan. Keheningan malampun terpecahkan oleh tangisannya.
Nyatalah anak kecil itu yang sakit. Jangankan anak kecil itu, orang dewasa pun pasti meraung menahan sakitnya. Biarlah ia meraung menahan sakitnya. Panas, perih, gatal, mencampur memenuhi rasa sakit pada kaki anak kecil itu yang kian hari kian membengkak saja. Tak tahan melihat ibunya ditendang-tendang dan keponakannya terus menangis, dia hanya terpaku. Sesekali suasana itu sunyi namun riuh rendah oleh tangisan anak kecil itu.
Duh Gusti, cobaan apalagi yang engkau berikan kepada kami. Sudah cukuplah kami bersusah diri. Kasian mama yang udah tua, harusnya tenang saat ini malah kisruh oleh ulah kami, tahankanlah rasa sakit pada Ayu, dia masih kecil belum tau apa-apa. Ya Rabb… lindungilah keluarga kami. Kami ikhlas ridho dunia wal akhirat terhadap apapun cobaan yang Engkau berikan, asal kami bisa melaluinya. ”
Kesedihan yang dalam berlabuh dihatinya, entah berapa liter air mata ia curahkan. Memang kehidupan ini penuh liku, sebentar suka dan duka pun menjelma. Dibaringkannya tubuhnya ke kursi tua yang ada didekatnya. Dia terdiam. Suasana hening, seolah alam terhanyut dan turut merasakan kesedihannya.
***
Hari makin larut…larut dan larut saja. Tak ada sedikitpun bunyi kehidupan disekelilingnya. Hanya tetesan-tetesan air yang berada di bak mandi rumahnya.
Sudahlah kau tidur, kelihatannya kau cape
Tidak ah ma, takut, takut tak bisa bangun lagi
“Mengapa kau kata itu, jangan sembrono
Hanya ingin dekat Ma saja malam ini. Sebelum bulan mengundurkan dirinya dan pagi pun tiba
Tak baiklah serupa itu, besok kau harus bantu ma pergi ke mantri Adi, kasiankah kau pada Ayu. Esok kau banyak kerjaan bantu ma, ya
Tidak ah ma
Lah… kau ini, lekaslah. Tak lupakan shalat isya berdoalah pada tuhan pemberi kemudahan
Iya ma
Dia pun mengundurkan diri, hendak tidur gapai esok yang mungkin lebih baik dari sekarang.
Awan diluar sana berseri menebarkan pesona pada bintangnya yang kian memancarkan cahaya menambah keromantisan bagi orang yang bercinta. Pohon-pohon merontokan daunnya tak tahan akan dinginnya udara malam itu. Tikus-tikus di atap rumah itu mulai melancarkan aksinya, serasanya tak ada yang merhatikan lakunya.
Rumah itu kini sepi kembali. Tak ada tangis anak kecil lagi. Mungkin dia kelelahan. Didekapnya anak kecil itu oleh perempuan tua, seakan tak pernah lepas, erat sekali. Sesimpul senyumnya membawa kedamaian, indah sekali, tubuhnya yang kurus kering ialah perjuangan hidupnya selama ini, perjuangan yang tak akan pernah mati demi anak dan cucunya itu.
Wajah polos anak kecil itu menawarkan suasana. Perlahan dan pelan ia menghela nafas, tenang sekali.
Lampu minyak itu pun hendak tertidur pula,  belaian angin membawanya pergi seakan minyak itu mendukungnya tuk lenyap. Habis dalam rongga-rongga, habis perkara malam itu.
***
            Jam satu pagi. Suasana mulai riuh rendah. Rengekan motor mengawali pagi itu. Pedagang-pedagang warung pergi ke pasar untuk memenuhi pesanan pelanggannya. Masih terlalu pagi memang, tapi itulah kebiasaan mereka mengawali harinya.
Sesekali terdengar ayam berkokok, Nampak malu-malu, membangunkan majikannya dari lelapnya istirahat yang cukup panjang. Suara itu membuat dia terbangun dari tidurnya yang tak nyenyak. Galau ini terus menghantuinya kemanapun ia melangkah kecuali ia memohon kepada Allah. Lampu di kampung itu kini benderang kembali. Pegawai PLN nampak kerja keras malam ini. Ia melihat jam dinding yang ada didekat kamarnya, jam satu lewat sembilan belas menit. Dia bergegas ke kamar mandi hendak mengambil air wudhu. Dingin terasa membasahi tubuhnya air itu, namun kesegaran ada padanya. Tetap berkainkan sarung ia menunaikan shalat isya. Tak hentinya memohon perlindungan Allah, ia melanjutkan shalatnya dengan qiamul lail, menambah ke istiqomahan ia dalam menjalani hidup.
Dibaringkannya tubuhnya, menatap langit-langit yang lembab berwarna cokelat saking tuanya, namun ia tetap mengingat asma Allah. Sesekali bergumam, diam terpaku, kadang isak tangis menghiasinya.
 Ya, Rabb malam ini teramat indah untukku bercumbu kepada-Mu. Engkaulah penguasa langit dan bumi serta isi didalamnya. HambaMu hanyalah makhluk papa yang tak dapat melawan kekuasaan-Mu,hanya segala pertolongan, hamba yakin itu. Hidup yang terasa menyesakan adalah karuniaMu yang indah bagiku, ku tahu Engkau sayang padaku, teramat berdosanya aku padaMu, mungkin Engkau mengutukku seperti ini, hamba ikhlas, mudah-mudahan diberikan kesejahteraan. Periharalah ibuku sampai aku setidaknya bisa membalas jasanya selama ini sebagaimana aku dipelihara olehnya sewaktu kecil, sembuhkanlah orang-orang yang sakit yang Engkau kasihi, lindungilah orang-orang yang ingin Engkau lindungi. Bukakan jalan taubat orang-orang yang terlalu sombong kepadaMu. Masa depanku ada ditanganMu, apapun yang terjadi itulah aku karena kehendakMu, semoga ada orang yang menolong hidupku, itu semua kehedakmu. Sejahtera dunia-akherat itu ku dambakan, kabulkanlah doa hambamu ini
Dia mengakhiri doanya dengan segala kekuatan yang tak bergeming oleh pengaruh apapun, kegalauan yang ia rasakan selama ini terbayarlah sudah. Permohonan… permohonan kepada Tuhannya ialah jalannya melabuhkan kepenatan. Perlindungan kepada Tuhannya dari kehidupan yang pelik terutama pengorbanan yang tak lagi menjadi tameng, hanya klise di oase padang pasir menjadi sandaran selama hidupnya selama ini dan mungkin seumur hidupnya.
***
Jam setengah empat. Dia beranjak dari tempat itu, melangkah ke kamarnya yang serasa lebih longgar dari biasanya, mungkin lebih segar karena penghuninya lebih tersimpul oleh senyum. Walau galaunya menghilang dari pikirannya, namun ia terus memikirkan pola manusia yang acuh, egois, dan entah sebutan apalagi yang pantas untuk orang yang seperti itu. Untuk mengobati kekesalannya ia goreskan lewat puisi

Solidaritas dalam nyawa tak berbingkai
Mata waktu kini tak tentu
Bumi berkelana dalam bejana tak nyata
Mengapa malam enggankan bulan tuk bergantung padanya?
Tak mungkin Tuhan bermain dadu dalam ciptaanNya
Apalah artinya hidup tanpa bicara

Separuh hati luangkan kasih dalam biduk cinta
Embun bak cermin dalam nuansa
Perlahan dan pelan menyelam malam
Tapi kini bintangnya terjebak dalam langit penuh duri
Bukankah asa harus terasa dalam dada?
Ah… musnahlah semua
Aku tak peduli padanya

Dalam Cinta penuh luka bagi para pujangga
Purnama bersorak karena langitnya kelam
Tapi mengapa malam enggankan bulan tuk bergantung padanya?
Tak mungkin Tuhan bermain dadu dalam ciptaanNya
Berarti hidup walau tanpa menyapa

Suara yang parau dalam danau tak bermuara
Lebah bergantung di sarangnya memastikan.. apakah dunia ini ada?

Dinamika hidup yang berputar tak pasti
Kepedulian yang tergambar fatamorgana
Hanya sebuah klise di oase padang pasir

Aku lelah dalam peluh yang meluluh di tubuh
Kini rimbamu tak pasti adanya
Perjuangan…
Kuarungi semua tanpa kekecewaan

***
Mentari pagi memancarkan keelokan warnanya, memberikan sumber kehidupan bagi siapa saja yang membutuhkannya. Entah mengapa hari itu berbeda dari hari biasanya.  Ayam jago berkokok lebih keras.Langit nampak lebih berseri dari biasanya. Dedaunan beradu sapa seolah memberikan kabar gembira.  hiruk pikuk kota menjeritkan kebahagiannya kembali yang telah hilang di telan rembulan malam tadi.                                                                            Kini, alampun serasa lebih bersahabat. Merpati akhirnya membawa tangkai zaitun simbol kedamaian hati. Janda tua yang selalu berebut celana dalam dengan suaminya kini tak terjadi lagi, mereka telah membelinya malam tadi. Dan kucing hitampun tak mengeong lagi meraung-raung, tulang ikan yang menusuk ditenggorokannya telah bercampur dilambungnya. Anak kecil yang suka memukuli kucing hitam itu bisa bermain layangan dengan bebasnya. Tak ada lagi marah tetangga yang slalu menceramahi anak kecil itu. Ah … damai sekali. Hari yang berbeda dari hari biasanya.                                                 Lelaki itu kini nampak lega. Tersimpul senyumnya menantang masa depan yang gemilang, tanpa kecewa, tanpa gundah gulana. Kulitnya lebih bersih, rambutnya ditata dengan rapi, hendak mengantarkan keponakannya ke dokter.
***
Ga sakit kan, sekarang gimana lebih baikan?”
Iya, ndak sakit, aku bisa bermain kejar-kejaran lagi dong”
Boleh tapi tunggu kamu sembuh dulu
Anak kecil itu menyunggingkan bibirnya, seolah tak setuju dengan perkataannya itu. Perempuan tua itu hanya tersenyum melihat ulah kedua malaikat kecilnya itu. Senyum yang penuh harapan.
Ma, tadi tu darah apa nanah yang dikeluarkan dari kaki Ayu
Nanah yang bercampur darah kotor
Oh gitu, jadi penyakit apa namanya
Tanya saja ama mantra Adi
Haaahhh
Mereka memulai hidupnya yang baru, tanpa resah, sakit dan gejolak yang ada dijiwanya. Renungnya kini menemui ujungnya. Dia menjalani kehidupannya dengan perjuangan tanpa kekecewaan.
SELESAI

Kamis, 06 Oktober 2011

tugas indonesia kalimat efektf yang terusannya lusi 1 c


1.       Tidak ambigu
Contoh:-amir membawa 2 karung beras(
               +amir membawa beras 2 karung
               -mahasiswa perguran tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah
               +mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah
               -Isteri pak Lurah yang baru itu sedang duduk
               +Isteri nya lurah baru itu sedang duduk
               -Rusa mati dimakan buaya
                +Rusa itu mati karena dimakan buaya
               -Ular mati  tergilas truk
               +Ular itu mati tergilas truk
              


2.       Penggunaan efek waktu
Contoh:-saya telah mengerjakan tugas itu
              +tugas itu telah saya kerjakan
              -saya sudah mengembalikan buku itu
              +buku itu sudah saya kembalikan
              -Ayah membawa ke bengkel mobil itu
              +Mobil itu ayah bawa ke bengkel
              -Ibu sudah mencuci piring-piring kotor itu
              +Piring-piring kotor iru sudah ibu cuci
              -Aku sudah semir sepatu itu
              +Sepatu itu sudah aku semir
3.       Tidak dipengaruhi unsur struktur daerah
Contoh:-itu rumahnya amir
              +itu rumah amir
              -Disana kantornya ayah
              +Disana kantor ayah
              -Rumahku ini
              +Ini rumahku
              -Itu mobilnya ayah
              +Itu mobil ayah
              -Ini bajunya tante
              +ini baju tante
4.       Digunakan dalam situasi formal
Contoh:-saya sudah ngasih tau ke amir
               +saya sudah memberi tahu kepada amir
               -saya udah cuciin baju ibu
                +saya  sudah mencuci baju ibu
               -saya udah nerima surat nya
                +Saya sudah menerima surat itu
                -saya beri mkan kucing itu
                +saya member makan kucing itu
                -Rumah saya deketan sama rani
                +Rumah saya berdekatan dengan rani
5.       Tidak menggunakan unsur2 daerah
Contoh:-itu mah pensil saya
                +itu pulpen saya
                -bah..macam mana kau ini!?
                +bagaimana kau ini
                -ari kamu mau pergi kemana?
                +kamu mau pergi kemana?
                 -ini teh susu coklat
                 +ini susu coklat
                 -saya ndak tahu menahu
                 +saya tidak tahu menahu
            

Rabu, 28 September 2011

tugas indonesia KALIMAT EFEKTIF


Tugas Bahasa Indonesia
Kalimat Efektif
Ciri-ciri Kalimat Efektif
1.    Ada Subjek dan Predikat
a.       Subjek tidak boleh diawali dengan preposisi
Contoh :
o  (-) Para ibu-ibu dipersilahkan memasuki ruangan (tidak efektif)
(+) Ibu-ibu dipersilahkan memasuki ruangan (efektif)
o  (-) Banyaknya anak-anak SD sudah mengenal Handphone (tidak efektif)
(+) Anak-anak SD sudah mengenal Handphone (efektif)
o  (-) Para bapak-bapak yang bekerja disana sudah memiliki anak (tidak efektif)
(+) Bapak-bapak yang bekerja disana sudah memiliki anak (efektif)
o  (-)  Kepada hadirin  dipersilahkan duduk ( tidak efektif)
(+) Hadirin  dipersilahkan duduk ( efektif)
o  (-) Kepada murid-murid silahkan meningglkan lapangan upacara (tidak efektif)
(+) murid-murid silahkan meningglkan upacara (efektif)
b.      Antara subjek dan predikat jangan disisipi kata yang
Contoh : 
o  (-) Kakakku yang sangat pelit (tidak efektif)
(+) kakakku pelit (efektif)
o  (-) Zaelani yang tampan (tidak efektif)
(+) Zaelani tampan (efektif)
o  (-) Lusi yang centil (tidak efektif)
(+) Lusi centil (efektif)
o  (-) Tenitia yang cerdas  didalam kelas (tidak efektif)
(+) Tenitia cerdas didalam kelas (efektif)
o  (-) Nita yang pandai berbahasa inggris (tidak efektif)
(+)Nita pandai berbahasa inggris
2.    Semua kata yang digunakan baku
Contoh :
o  (-) Ibu sedang memasak kue di didapur (tidak efektif)
(+) ibu sedang memasak di dapur ( efektif)
o  (-) Rina sedang belajar dirumah ( tidak efektif)
(+) Rina sedang belajar ( efektif)
o  (-) Kami sedang praktek memasak ( tidak efektif)
(+) kami sedang memasak ( efektif)
o  (-) Noni sedang mandi dirumah ( tidak efektif)
(+) Noni sedang dirumah ( efektif)
3.    Hemat dalam penggunaan kata
-          (-) Ibu itu saling berjabat tangan (tidak efektif)
       (+) Ibu itu berjabat tangan (efektif)
-          (-) Anak itu saling menyapa (tidak efektif)
       (+) Anak itu menyapa (efektif) 
-          (-) Kedua anak itu saling berpelukan (tidak efektif)
(+) Kedua anak itu berpelukan (efektif)
-          (-) Kedua adik kakak itu saling bertengkar (tidak efektif)
       (+) Kedua adik kakak itu bertengkar (efektif)
-          (-) Orang itu saling mengaggumi satu sama lain (tidak efektif)
-          (+) Orang itu mengaggumi satu sama lain (efektif)

4.    Logis dan masuk akal
-          (-) Pencuri ayam itu berhasil ditangkap warga (tidak efektif)
       (+) warga berhasil menangkap pencuri ayam (efektif)
-          (-) Bola berhasil dimasukan oleh Gonzalez ke gawang (tidak efektif)
       (+) Gonzalez berhasil memasugan bola kegawang (efektif)
-          (-) Loma melukis berhasil dimenangkan oleh Ririn (tidak efektif)
(+) Ririn berhasil memenangkan lomba melukis (efektif)

-          (-) Anak ayam itu berhasil saya tanggkap (tidak efektif)
(+) Ayam itu berhasil saya tanggkap (efektif)
-          (-) Mobil itu menabrak anak yang mau menyebrang ( tidak efektif)
(+) Anak yang mau meyebrang itu tertabrak mobil (efektif)

5.    Paralelisme 
-          (-) Pekerjaan Pak iton sehari-hari pembersihan sekolah dan pengumpulan sampah-sampah (tidak efektif)
       (+) Pekerjaan Pak iton sehari-hari membersihkan sekolah dan mengumpulkan sampah-sampah
-          (-) Roni sering mencuci baju dan penyapuan rumah (tidak efektif)
       (+) Roni sering mencuci baju dan menyapu rumah (efektif)
-          (-) Ayah sering  pembersihan lingkungan dan penyapuan halaman (tidak efektif)
       (+) Ayah sering membersihkan lingkungan dan menyapu halaman (efektif)
-          (-) Rina suka membeli kue dan memakannya sendiri (tidak efektif)
       (+) Rina suka beli kue dan makan sendiri (efektif)
-          (-) Ibu membeli baju baru dan langsung memakainya (tidak efektif)
       (+) Ibu beli baju baru dan langsung pakai (efektif)
-          (-) Ana membeli tas dan memberikannya kepada adik (tidak efektif)
-          (+) Ana beli tas dan diberikan kepada adik (efektif)
 NAMA: LUSI HERLINA
KLS : 1 C